Film ‘Parasite’: Potret Watak Manusia dan Kesenjangan Sosial yang Kental di Masyarakat

by -
Film ‘Parasite’: Potret Watak Manusia dan Kesenjangan Sosial yang Kental di Masyarakat
Film ‘Parasite’. Soompi

Bintangtamu.id – ‘Parasite’ adalah film yang ditulis Han Ji-Won dengan sutradara Bong Joon-ho. Film ini rilis perdana pada 21 Mei 2019, di Festival Film Cannes. Setelah itu, film ini dirilis secara internasional, dan hadir di bioskop Indonesia pada Juni 2019.

Mengusung genre drama dan thriller, film ini menjadi tontonan paling banyak disebut di Twitter dan telah memenangkan berbagai kategori di ajang penghargaan film. Mulai dari Golden Cinema Film Festival, Asian Film Awards, Oscar, Grand Bell Awards, César Awards Paris, Academy Awards di Los Angeles, dan masih banyak lagi.

Sesuai judulnya, ‘Parasite’ bercerita tentang keluarga Kim yang terdiri dari Ki-taek (Song Kang-ho), Chung-sook (Jang Hye-jin), Ki-woo (Choi Woo-shik), dan Ki-jeong Park So-dam), yang miskin dan pengangguran. Mereka berusaha masuk ke kehidupan keluarga Park kaya, yang terdiri dari Dong-ik (Lee Sun-kyun), Choong-sook (Jo Yeo-jeong), Da-hye (Jung Ji-so), dan Da-song (Jung Hyeon-jun).

Keluarga Kim diumpamakan seperti parasite karena menipu dan memanfaatkan kebaikan keluarga Park demi kepentingan pribadi. Hingga akhirnya bencana menimpa keluarga Park.

Hal seperti ini tentu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dimana seseorang berusaha memanfaatkan keadaan dan terlena dengan sesuatu yang serba instan.

Kesenjangan sosial tentu menjadi akar penyebab dari semua ini dan telah digambarkan dengan sempurna melalui film ‘Parasite’. Dimana keluarga Kim yang hidup serba pas-pasan tinggal rumah bawah tanah.

Mencari sinyal di toilet
Saking melaratnya, Kim bersaudara sampai harus mencari sinyal di toilet. CJ Entertainment

Lingkungan yang kumuh dan sempit pun menjadi pemandangan biasa di area ini. Bahkan saking kumuhnya, ada yang tidak menganggap lingkungan ini adalah tempat tinggal dan dengan santainya buang air di depan rumah keluarga Kim.

Lingkungan yang kotor juga membuat keluarga ini memiliki bau yang khas dan cukup mengganggu, padahal penampilan Ki-woo dan Ki-jeong saat melancarkan aksinya di rumah keluarga Park cukup meyakinkan.

Tentu hal ini berbanding terbalik dengan keluarga Park yang memiliki rumah yang indah, nyaman, dan bersih. Fasilitasnya juga lengkap, pun mereka tidak perlu kesulitan mencari sinyal seperti yang dialami keluarga Kim.

Tak hanya soal tempat tinggal, urusan perut juga membuat keluarga Kim nekat memalsukan identitas untuk ‘menyelinap’ ke keluarga Park yang kaya raya. Jangankan makanan ringan dan buah seperti yang biasa dinikmati keluarga Park, untuk makanan pokok saja keluarga Kim harus berbagi agar seluruh anggota bisa makan.

Lalu hal yang juga tak bisa disepelekan adalah pendidikan. Dimana isu ini juga menjadi masalah utama bagi kaum menengah ke bawah. Karena pendidikan yang rendah membuat mereka tidak mendapat banyak kesempatan untuk bekerja yang lebih baik.

Di awal film terlihat keluarga Kim bekerja sebagai pelipat karton pizza dengan bayaran rendah. Tentu hal ini membuat keluarga ini stres karena tidak memiliki cukup uang untuk menutupi semua kebutuhan sehari-hari, benar-benar dekat dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Keluarga Kim melipat karton pizza
Keluarga Kim bergantung penghasilan dari melipat kartun pizza. CJ Entertainment

Lagi-lagi, hal ini tentu berbeda dengan keluarga Park yang masing-masing anak mereka, Dah-ye dan Da-song memiliki guru les privat dengan bayaran mahal. Tak heran bila keluarga kaya seperti mendapat privilege untuk mendapat kemudahan hidup dibanding mereka yang tidak punya uang.

Film ini juga menyoroti bagaimana sesuatu yang didapatkan secara instan juga akan hilang secepat tiupan angin. Meski di awal semuanya tampak meyakinkan dan baik-baik saja, konflik besar pun muncul dan menaikkan tensi cerita.

Penonton tentu penasaran akan nasib keluarga Kim, apakah kebohongan mereka akan ketahuan atau mereka justru selamat setelah pembantu rumah tangga lama Keluarga Park kembali ke rumah. Bagian ini juga mengungkap peran dari Ki-taek sebagai kepala keluarga dalam menjaga keluarganya, walau lagi-lagi caranya tidak dibenarkan.

Di momen tersebut, meski keluarga Park gagal saat berlibur untuk merayakan ulang tahun Da-song, tapi justru adegan ini mengantar penonton pada ending yang tak terduga dan cukup ‘brutal’.

Melalui tokoh Da-song, film ‘Parasite’ juga menyampaikan bahwa tidak ada anak kecil yang nakal. Seiring bergulirnya cerita, penonton akhirnya tahu penyebab bocah laki-laki itu menjadi hiperaktif.

Bahkan karena ketertarikannya pada pramuka dan kegemarannya bermain khas anak-anak membuat penonton nyaris mengira kalau ia akan menjadi penolong dari kekacauan ini.

Lalu melalui Choong-sook, penonton seolah kembali diingatkan bahwa wanita harus berwawasan luas dan jangan mudah percaya. Karena istri dan ibu adalah ‘pemegang kendali’ dari rumah yang aman bagi seluruh anggota keluarga.

Sifat Choong-sook yang terburu-buru mengambil keputusan dan naif juga membuat keluarga Kim mudah sekali untuk memperdayainya. Andai ia lebih berhati-hati dan cermat, mungkin semua malapetaka ini tidak akan menimpa keluarganya.

Akhir kata, film ‘Parasite’ adalah drama keluarga dengan premis kuat yang menyuarakan isu sosial yang kental di masyarakat. Film ini juga mengatakan pada semua orang bahwa kita harus berhati-hati bahkan pada orang terdekat sekalipun.

Karena sebenarnya semua ini berawal dari Min (Park Seo-joon) yang ‘menitipkan’ Dah-ye pada Ki-woo selama ia berkuliah di luar negeri. Namun justru saat itulah semua pengkhianatan dan hal buruk dimulai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *