Film To Each His Own: Reminder Tentang Makna Hidup di Tengah Burn Out Pekerjaan
Bintangtamu.id – Penyuka film Jepang slice of life, kalian tidak boleh melewatkan ‘To Each His Own’. Film ini mengangkat tema yang relevan dengan kehidupan sehari-hari banyak orang yaitu burn out di tempat kerja.
Film ‘To Each His Own’ atau Chotto Ima Kara Shigoto Yamete Kuru (ちょっと今から仕事やめてくる) disutradarai oleh Izuru Narushima. Sementara naskahnya ditulis oleh Emi Kitagawa (novel), Kumi Tawada dan Izuru Narushima.
Sementara Morio Amagi menjadi produser dari film ‘To Each His Own’, Junichi Fujisawa sebagai cinematographer, dan Shozo Katashima sebagai asisten sutradaranya.
Film ini mulai syuting di Agustus 2016 dan rilis perdana pada 27 Mei 2017 di negara asalnya. Kisah ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Emi Kitagawa ini pertama kali diterbitkan pada 25 February 2015 oleh Kadokawa. Alurnya yang ringan tapi membawa pesan mendalam bagi banyak orang membuat novel ini memenangkan “Media Works Bunko Prize” di 21st Dengeki Novel Prize.
Sinopsis Film’To Each Hist Own’
Film berdurasi durasi 114 menit ini berkisah tentang Takashi Aoyama (Asuka Kudo) yang kesulitan mendapat pekerjaan. Jadi saat ia dengan mudah diterima di suatu perusahaan sebagai sales, ia pun langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang.
Sayangnya, pekerjaannya ini membuatnya harus memaksakan diri secara mental terlalu keras. Lembur yang tidak dibayar hingga bosnya yang terlalu keras benar-benar menjadi tantangan bagi Aoyama.
Hingga di suatu malam, ia pun sangat kelelahan secara fisik dan mental serta berniat untuk bunuh diri. Sambil menunggu kereta, ia pun berniat menjatuhkan diri agar tertabrak kereta yang melintas di rel.
Namun di saat yang bersamaan, dalam sepersekian detik sebelum Aoyama terjatuh di rel, ia diselamatkan oleh Yamamoto (Sota Fukushi), pria yang berbicara dengan dialek Osaka.
Pertemuannya dengan Yamamoto ini pun tidak hanya menyelamatkan nyawa Aoyama. Namun pria ceria itu juga membantunya memulihkan kepribadiannya dan mentalnya yang lelah. Sejak saat itu Aoyama pun tertular virus positif Yamamoto dan mendapatkan hasil yang lebih baik di tempat kerja.
Hingga suatu hari, ia mendapat masalah saat hampir menang proyek dan ia juga melihat Yamamoto naik bus menuju pemakaman dengan ekspresi serius.
Ulasan ‘To Each His Own‘
Film ini mungkin mengingatkan penontonnya tentang apa yang sebenarnya kita inginkan dan merenungi kembali tujuan hidup serta makna keluarga.
Seperti yang dihadapi oleh Aoyama, mungkin kita tidak benar-benar menginginkan pekerjaan kita saat ini. Namun hanya karena takut menganggur, takut tidak punya masa depan, dan merasa malu karena tak kunjung mendapat pekerjaan, kita terus terjebak dalam lingkaran setan yang hanya merusak mental dari waktu ke waktu.
Pertemuannya dengan Yamamoto akhirnya membuatnya kembali sadar bahwa ia tidak sendiri dalam hidup ini dan masih banyak hal indah yang bisa ia lihat bila ia memutuskan untuk tetap hidup.
Sama seperti Aoyama, saat kita merasa tertekan dan lelah hingga memutuskan untuk mati, mungkin kita tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan orang yang kita tinggalkan.
Yamamoto yang selalu ceria ternyata menyimpan rahasianya sendiri yang tak kalah pahit. Plot twist yang diungkap perlahan membuat film ini terasa asyik untuk diikuti hingga akhir.
Setelah tahu Yamamoto ternyata bukan temannya di SD dulu, lantas siapa sebenarnya lelaki berkemeja hawai ini? Apakah ia sungguhan tulus atau punya maksud lain? Apakah ia adalah hantu seperti dugaan Aoyama?
Film ini menggunakan alur campuran untuk menggambarkan kehidupan masa lalu Yamamoto.
Pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya terjawab perlahan seiring Aoyama sadar bahwa ibunya sengaja sering membuat alasan konyol demi bisa meneleponnya karena rindu. Perspektifnya tentang ayahnya juga berubah. Hingga ia akhirnya sadar kalau ia selalu punya tempat untuk pulang.
Semua ini mungkin tidak pernah terpikirkan saat kamu sedang depresi. Sehingga melihat film ini membuat kita seperti tersadar kembali makna sebuah keluarga yang sering kita salah pahami.
Film ‘To Each His Own’ juga menawarkan healing karena pemandangan alam Jepang yang indah. Sehingga film ini benar-benar ditutup dengan manis dan heart warming tapi tidak berlebihan, juga tidak membosankan.
BACA JUGA