Bintangtamu.id – Kita mungkin sudah tidak asing dengan judul film ‘Miracle in Cell No 7’. Saking terkenalnya, film asal Korea Selatan rilisan 2013 ini sampai diadaptasi di berbagai negara seperti Turki, Filipina, India, dan termasuk Indonesia.
Kisah asli film ini bercerita tentang Yong-Goo (Ryu Seung-ryong), pria dengan keterbelakangan mental yang difitnah telah membunuh dan melakukan kekerasan seksual pada seorang gadis kecil. Malangnya, sang korban bukanlah orang sembarangan, melainkan anak dari seorang jenderal polisi.
Hal ini membuat Yong-Goo dijebloskan ke dalam penjara no 7 dan terpisah dari putri semata wayang yang sangat dicintainya, Ye Seung (Kal So-won).
Hari-hari Yong-Goo dan Ye Seung pun tak pernah lagi sama sejak saat itu. Namun beruntung, di dalam tahanan, Yong-Goo bertemu napi-napi lain yang menolongnya.
Meski awalnya mereka tampak menyeramkan dan tampak tidak bersahabat, tapi kepolosan dan kemurnian hati Yong-Goo membuat keadaan berubah.
Film ini menyoroti ketidakadilan di mata hukum yang telah terjadi sejak puluhan dekade yang lalu. Tidak hanya di Indonesia, tapi di negara lain seperti Korea Selatan juga mengalami hal yang sama. Para pelaku bisa bebas berkeliaran dan orang lemah tak bersalah dikambinghitamkan atas sesuatu yang tidak mereka lakukan.
Film ini juga memperlihatkan, walau Gong-Yo telah dibantu oleh teman-temannya untuk menghadapi persidangan, tapi ‘orang-orang atas’ selalu punya cara untuk ‘menang’ dan melupakan kebenaran begitu saja.
Namun di sisi lain, film ini juga memperlihatkan sisi kemanusian yanv harus selalu kita ingat. Dimana Gong-Yo yang tetap membantu Min-whan (Jeong jin-yeong), seorang kepala tahanan yang terjebak kebakaran. Sama seperti saat ia membantu So Yang-ho (Oh Dal-su), ketua gangster yang terluka, kemurnian hati Gong-Yo tidak peduli pada sikap mereka yang sebelumnya pernah menyakitinya.
Namun justru karena ia tidak menyimpan dendam dan tetap berbuat baik, hal itulah yang menolongnya di kemudian hari. Bahkan ia tidak hanya bisa bertemu Ye Seung, tapi lebih dari itu.
Ada banyak elemen dalam film ini yang diracik sedemikian rupa dan dikemas secara menarik sehingga menjadi tontonan yang nyaman, walau mengambil setting di penjara dan mengangkat tema kriminal.
Bahkan, film ini tak melulu serius karena banyak selipan komedi yang sangat menghibur di balik sel tahanan no 7. Tak hanya itu, film ini juga memperlihatkan ketulusan seorang ayah yang rela melakukan apa pun demi anaknya, seperti yang Gong-Yo lakukan untuk Ye Seung.
Di bagian inilah adegan paling mengharu biru terjadi dan mengaduk emosi. Akting para pemainnya memang sangat patut diacungi jempol.
Keterbatasan Yong-Go sebagai pengidap keterbelakangan mental tentu tidak mudah untuk dibawakan. Lalu Ye Seung yang saat itu masih berusia 7 tahun.
Namun Ryu Seung-ryong dan Kal So-won berhasil mengatasi tantangan ini dengan baik. Demikian juga Park Shin-hye sebagai Ye Seung dewasa yang telah menjadi pengacara.
Ia berhasil menghubungkan alur mundur dan masa kini dengan baik sehingga mudah dipahami penonton. Emosinya dari alurnya pun berhasil ia sampaikan melalui adegan demi adegan di persidangan.
Film ini ditutup dengan nasib para tokohnya di akhir cerita yang semuanya menjadi lebih baik, kecuali Yong-Gong. Namun tanpa ketulusan pria itu, semua tokoh dalam film ini mungkin tidak akan sebaik ini.
Akhir kata, ‘Miracle in Cell No 7’ memang pantas mendapat begitu banyak apresiasi, bahkan hingga diadaptasi di berbagai negara. Karena akting memukau para tokohnya, yang dibalut dengan banyak unsur di dalamnya memang sangat kompleks, tapi bisa mudah diterima oleh penonton.