Bintangtamu.id – ‘Swing Kids’ adalah film rilisan 2018 yang bercerita tentang sekelompok orang yang menaruh minat pada tarian ketuk atau disebut juga tap dance. Mereka adalah Jackson (Jared Grimes) si tentara Amerika berkulit hitam, Roh Kisoo pahlawan Korea Utara yang berkhianat (Doh Kyungsoo), Panrae si wanita penerjemah yang membutuhkan uang (Park Hyesoo), Kang Byung si tahanan perang yang mencari istrinya (Oh Jungse), dan Xiao Pang si tahanan perang dari Cina yang ingin menurunkan berat badan (Kim Min Ho).
Film ini mengambil latar kamp penjara Kota Geoje di tahun 1951. Para penari ini berkumpul membentuk kelompok yang dinamakan Swing Kids.
‘Swing Kids’ banyak mendapat ulasan positif dan mendulang banyak prestasi. Di antaranya meraih 8 nominasi di 40th Blue Dragon Film Awards 2019, seperti: Best Picture, Best Director (Kang Hyung Chul), Best New Actress (Park Hye Soo), Best Cinematography and Lighting, Best Editing, Best Music, Best Art Direction, dan Best Technical Achievement (costum).
Lalu pemenang 28th annual Buil Film Awards 2019 untuk kategori Popular Star Award (Do Kyung Soo) dan Best Art Direction: Park Il Hyun.
Kemudian nominasi 55th Baeksang Arts Awards 2019 untuk kategori Best Director (Kang Hyung Chul), Best New Actor (Kim Min Ho), dan Technical Award (Kim Joon Seok, music).
Bahkan hingga 2021, ‘Swing Kids’ dinobatkan sebagai Top 20 film yang paling banyak disebut di media sosial . Mengukuhkan diri di posisi 6 membuat ‘Swing Kids’ layak disebut sebagai film legendaris yang disukai banyak orang.
Hal ini lumrah karena film ini memang begitu totalitas dalam membangun suasana dan settingnya sehingga benar-benar tampak seolah berada di tahun 1951 saat perang antara Korea Utara dan Korea Selatan sedang berkecamuk.
Mulai dari kostum, riasan, gelungan rambut, akses, barak para tentara, lingkungan para tentara, hingga mata pencaharian masyarakatnya. Semuanya tampak seperti berada di masa lampau.
Sehingga penonton bisa membayangkan secara nyata bagaimana situasi, emosi, dan ketegangan yang terjadi pada saat itu.
Namun film ini tidak hanya menunjukkan panasnya perbedaan ideologi selama perang, tapi juga tampak segar oleh hadirnya kelompok Swing Kids. Perbedaan latar belakang membuat Jackson, Kisoo, Panrae, Kang Byung, dan Xiao Pang berkumpul dengan alasan merindukan kebebasan yang tidak dibelenggu prinsip kapitalis dan komunis.
Meski mereka secara sadar menentang paham dua ideologi yang membuat kekacauan dalam keluarga, negara, bahkan kebebasannya, tapi kelima orang ini juga dihadapkan pada gejolak emosi antara keinginan dan realita yang harus mereka hadapi.
Karena emosi yang dibangun para tokohnya begitu kuat, alur film ini juga terasa menegangkan walau tidak banyak adegan tembak-menembak selama cerita.
Melalui film ini, penonton juga disuguhkan dengan hiburan yang adiktif saat para tokohnya melakukan tap dance, sebuah tarian ketukan sepatu dengan bunyi yang indah. Doh Kyungsoo mengaku bahwa adegan ini adalah salah satu yang paling sulit hingga membutuhkan latihan selama 5 bulan.
Namun di sisi lain, aksen Korea Utara yang digunakan oleh para pemainnya juga tak kalah sulitnya. Karena aksen ini bukanlah sesuatu yang mudah di saat para pemainnya juga asing dan tidak terbiasa dengan intonasi bahasa yang digunakannya. Namun berkat kerja keras semua pihak, ‘Swing Kids’ tampak benar-benar hidup.
‘Swing Kids’ bahkan tampak terlalu nyata hingga warganet menyelidiki apakah film ini hanyalah fiksi atau benar terjadi di penjara Geoje di tahun 1951. Melalui banyak adegan dalam film ini, mereka pun membandingkan dengan kejadian asli yang muncul dalam sejarah. Secara mengejutkan, semuanya tampak tumpang tindih sempurna.
Mulai dari pembatas Korea Utara dan Korea Selatan dari kawat berduri, para tawanan perang bertopeng yang menari dengan latar patung Liberty.
Film ini juga memperhatikan detailnya dengan sempurna dan teknik pengeditan yang sangat mulus. Sehingga tak heran ‘Swing Kids’ masuk dalam nominasi banyak ajang film bergengsi dan meraih banyak piala.
Penyampaian cerita yang unik dan kreatif, konten yang relevan, dan sinergi segar dari para aktornya membuat film ini diterima luas dari berbagai kalangan penonton, termasuk mereka yang juga hidup di masa tersebut. Semuanya terasa begitu realistis karena riset mendalam yang tak pernah luput dari film-film negeri ginseng ini.
Melalui ‘Swing Kids’ kita bisa belajar sejarah secara menyenangkan dan mudah dimengerti. Tentu hal ini harus menjadi catatan penting bagi sineas tanah air untuk menghidupkan kembali sejarah dan mengangkat hal penting yang tidak begitu terkenal di masa lalu.