Bintangtamu.id – Penggemar film Thailand atau genre drama-thriller, bersiap karena ‘The Paradise of Thorns’ akan tayang pada 6 November 2024 di Indonesia. Film yang tayang perdana pada 22 Agustus 2024 ini diproduksi oleh GDH.
Sebelumnya, film ini pernah mengudara di Jakarta World Cinema dan berbagai festival film bergengsi. Di antaranya: Toronto International Film Festival, Hawai’I International Film Festival, dan Asian Film Festival Barcelona.
‘The Paradise of Thorns’ berkisah tentang perebutan tanah dan kebun durian warisan antara seorang ibu, menantu, serta anak angkat.
Pasangan gay Thongkam (Jeff Satur) dan Sek (Toey Pongsakorn) telah menikah secara lisan dan hidup bersama bertahun-tahun. Demi melanjutkan kehidupannya, mereka menginvestasikan uang dengan membeli tanah dan menanam durian. Namun sayang, Sek tiba-tiba meninggal dunia.
Pernikahan mereka yang belum dilindungi undang-undang Thailand menimbulkan masalah bagi Thongkam setelah pasangannya meninggal. Ia tidak memiliki hak atas tanah dan kebun yang ia miliki bersama Sek.
Rumah dan kebun durian milik pasangan ini pun beralih menjadi milik Mae Saeng (Seeda Puapimon), ibu Sek yang secara hukum lebih berhak menerima hak waris setelah anak lelakinya tiada.
‘The Paradise of Thorns’ mengangkat premis soal equal marriage atau pernikahan sesama jenis, budaya patriarki, dan kesenjangan sosial. Beberapa isu yang sedang ramai dibicarakan di negara tersebut. Dengan eksekusi yang tepat, tak heran bila ‘The Paradise of Thorns’ menjadi salah satu film Thailand terbaik tahun ini.
Bahkan ‘The Paradise of Thorns’ berhasil mendulang 151 juta baht dan terus bertambah seiring ditayangkannya film ini ditayangkan di berbagai negara. Di antaranya: Australia, Selandia Baru, Filipina, Kamboja, Laos, Singapura, Vietnam, Indonesia, Taiwan, dan banyak lainnya.
Di Thailand, meski masyarakatnya tidak menganggap equality marriage sebagai sesuatu yang tabu, tapi pernikahan ini tidak dilindungi undang-undang. Selain itu, negara ini juga sering mengabaikan kesetaraan gender.
Karena masyarakat setempat menganggap perempuan harus selalu mengurus keluarga dan bahkan tidak boleh dibantu oleh laki-laki.
Terakhir, motif perebutan warisan dalam alur ‘The Paradise of Thorns’ adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial yang terjadi di desa. Sehingga mereka menjadi serakah untuk memperbaiki nasib. Walau harus merampas harta orang lain.
Provinsi Mae Hong Son, wilayah utara Thailand dan berbatasan dengan Provinsi Chiang Mai dan Provinsi Tak, pun terpilih sebagai lokasi syuting ‘The Paradise of Thorns’ karena menjadi wilayah termiskin di Thailand.
Wilayahnya yang terisolasi karena kondisi alamnya punya banyak pegunungan membuat pembangunan di daerah ini tidak merata.
Cerita ini disutradarai dan ditulis oleh Boos Naruebet Kuno atau lebih akrab disapa Boss Kuno. Film ini adalah debutnya sebagai sutradara film setelah sebelumnya menyutradarai 4 drama Thailand. Bahkan, film ini juga menjadi debut layar lebar dari artis Jeff Satur, Engfa Waraha, dan Keng Harit.