Bagi Pasha, album self-titled spesial karena membangkitkan perasaannya akan masa-masa jaya Ungu sewaktu kejayaan lagu “Demi Waktu” dulu.
“UNGU adalah band yang posisinya sudah dewasa dalam konteks karya dan sudah melewati banyak fase dan cerita. UNGU juga merupakan band yang tidak pernah ditinggalkan oleh fansnya, Cliquers. Lalu, ada beberapa lagu religi di album ini karena kami tidak hanya dikenal sebagai band pop saja, tapi juga band religi dan ini adalah kesimpulan dari jati diri UNGU. Jadi, album terbaru kami ini menjelaskan itu semua, yakni kerinduan, kesabaran, dan kekuatan. Kami sudah rindu berat dengan industri ini. Kami rindu tampil di panggung, kami rindu pada Cliquers, dan kami rindu merilis karya. Ada sesuatu yang berbeda dan misterius di album ini. Saya merasa seperti kembali ke era kami merilis album ‘Demi Waktu.’ Kami optimis album ini akan mendapat tempat di hati masyarakat,” jelas Pasha.
Album self-titled Ungu dirilis dalam format digital dan fisik berupa cakram padat (CD) yang dihargai Rp. 50.000 dan bisa dipesan mulai hari ini.
Menurut postingan Band Ungu, bagi 300 pembeli pertama akan mendapatkan slayer eksklusif dari band yang dibentuk tahun 1996 tersebut.