Ulasan Film Flow: Kisah Kucing Hitam di Tengah Banjir Bandang

Kucing yang Selamat dari Kiamat, Film Flow Akhirnya Tayang di Indonesia
Film Flow (Instagram)

Bintangtamu.id – Penyuka film animasi, kalian tidak boleh melewatkan ‘Flow’. Film tanpa dialog ini telah menarik perhatian banyak pihak hingga menjadi pemenang Oscar.

Film Flow disutradarai oleh Gints Zilbalodis dan Diproduksi Dream Well Studio bersama Matss Kaa. Film asal Latvia ini tayang perdana di Indonesia pada 8 November 2024.

Sinopsis Film Flow

Film ini berkisah tentang perjalanan kucing hitam yang bertahan hidup di tengah bencana. Kehidupan normalnya di hutan tiba-tiba terusik setelah banjir bandang menenggelamkan semuanya.

Dalam perjalanannya, ia pun bertemu hewan lain. Bersama kapibara, anjing lemur, burung sekertaris, paus, dan lemur.

Terombang-ambing di tengah air bah, mampukah hewan-hewan ini bertahan hidup?

Ulasan Film Flow

Film ini mungkin terasa membosankan bagi sebagian orang. Karena dikemas tanpa dialog dan hanya memperlihatkan hewan yang terombang-ambing.

Tidak ada konflik khusus dalam alurnya. Namun di sinilah yang justru membuat Flow terasa menarik. Semuanya digambarkan secara natural sesuai dengan aslinya.

Mulai dari kawanan anjing yang kerap berebut mangsa. Kucing yang malas dan tidur siang di rumah kosong seniman. Insting dan ketakutan kucing untuk bertahan hidup. Kapibara yang terus ngantuk. Koloni burung sekertaris. Hingga lemur dengan perkakasnya.

Setting yang indah dan natural memberikan kesan menenangkan. Gambar seperti lukisan cat air ini menjadi hiburan tersendiri selama menonton. Mulai dari aksi si kucing dari hutan yang semula hijau dan cerah hingga lautan yang gelap. Bagi penyuka tema alam dan healing pasti akan menyukai pemandangan ini.

Pace-nya tergolong pas. Dengan durasi 1,5 jam cukup untuk menggambarkan perjalanan si kucing dan teman-temannya. Alurnya pun tidak selalu menegangkan. Bahkan bisa dibilang cukup santai. Sehingga genre survival dan adverture ini tetap nyaman untuk ditonton.

Kita masih bisa melihat si kucing berenang dan menangkap ikan hingga burung sekertaris yang mengendalikan perahu mereka. Meski adegan burung ini tampak tidak rasional di kehidupan aslinya, tapi ini tetap bisa diterima dalam film animasi ini. Si kucing pun beberapa kali sempat seperti pemimpin yang memandu kawanan kecil ini.

Film ini ditutup dengan open ending. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab untuk alurnya. Namun di sisi lain seperti sudah cukup untuk dinikmati. Seperti, mengapa terjadi air bah? Kemana seniman di hutan tersebut dan mengapa ia membuat patung-patung kucing di sana? Hingga apakah tidak ada bencana susulan?

Namun adegan terbirit-biritnya kawanan rusa di ending film ini menyiratkan kalau kisah mereka belum selesai. Namun sekaligus kita tidak tahu apa yang terjadi pada kucing hitam, anjing, lemur, dan kapibara setelah ditinggal burung sekertaris.

Karena semua ini tidak hanya tentang tidak tenggelam. Namun juga tetap bisa makan dan minum untuk bertahan hidup di lingkungan mereka yang baru.

Rating: 7/10

Tinggalkan Komentar